Suku Minang adalah suku yang menganut pola matrilineal terbesar di dunia, yang mana hal ini sangatlah berlainan dari mayoritas masyarakat dunia menganut pola patrilineal. Terdapat kontradiksi antara pola matrilineal dengan pola pewarisan yang diajarkan oleh agama Islam yang menjadi anutan hampir seluruh suku Minang. Oleh sebab itu dalam pola pewarisan suku Minang, dikenallah harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah. Harta pusaka tinggi merupakan harta turun temurun yang diwariskan berdasarkan garis keturunan ibu, sedangkan harta pusaka rendah merupakan harta pencarian yang diwariskan secara faraidh berdasarkan hukum Islam.
Meskipun menganut pola matrilineal, masyarakat suku Minang mendasarkan adat budayanya pada syariah Islam. "Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Syarak mangato adat mamakai."
Di dalam tatanan kehidupan suku minang ada beberapa kebudayaan atau tradisi yang sering di lakukan turun temurun.
yang di antaranya adalah:
- Turun mandi
- Batagak pangulu
- Turun ka sawah
- Manyabik
- Hari Rayo
- Tabuik / hoyak tabuik
- Randai
- Pencak Silat
- Saluang
- Talempong
- Tari Piring
- Tari Payung
- Tari Pasambahan
- Tari Indang
- Sambah manyambah
- Rendang
- Sambal Balado
- Kalio
- Gulai Cancang
- Samba Lado Tanak
- Palai
- Lamang
- Bubur Kampiun
- Es Tebak
- Gulai Itik
- Gulai Kepala Ikan Kakap Merah
- Sate Padang
- Soto Padang
- Asam Padeh
- Keripik Jangek
- Keripik Balado
- Keripik Sanjai
- Dakak-dakak
- Galamai
- Amping Badadih
Kerajinan Tangan
- Songket yang dikerjakan oleh Pandai Sikek