Jumat, 30 Januari 2009

Asal nama minang kabau

MINANG KABAU

Urang Minang’, merupakan sebutan yang biasa digunakan untuk menunjukkan identitas masyarakat minangkabau dan mendiami sebagian besar wilayah propinsi Sumatera Barat. Daerah aslinya merupakan tiga kesatuan wilayah adat yang disebut luhak nan tigo (wilayah yang tiga), yaitu : Luhak Agam, Luhak Limapuluh Koto, dan Luhak Tanah Datar.

Asal-usul nama minangkabau sangat beragam, tetapi berdasarkan tambo, nama itu berasal dari peristiwa kemenangan orang Minangkabau dalam adu kerbau dengan orang-orang kerajaan Majapahit yang ingin merebut wilayah ini (Gusdiasdial), seperti yang dibunyikan talibun dalam tambo asal usul nama minangkabau dibawah ini:

Karano tanduak basi paruik tajalo

Mati di Padang Koto Ranah

Tuo jo Mudo sungguahpun heran

Datangnya indak karano diimbau

Dek karano Cadiak Niniak kito

Lantaran manyambuang di galanggang tanah

Dipadapek tuah kamujuran

Timbualah namo Minangkabau

Masyarakat minangkabau merupakan salah satu masyarakat yang masih berpegang teguh kepada adat istiadat mereka. Sistem kekerabatan matrilinial merupakan salah satu pembeda dengan suku bangsa lain yang terdapat di Indonesia.

Fungsi Adat

Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat yang masih berpegang teguh kepada adat istiadat mereka. Ini dapat kita lihat bagaimana falsafah adat masih tetap mereka jalankan dalam kehidupan sehari-harinya.

Sebuah rumah gadang, merupakan rumah utama yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat minangkabau yang diikat oleh suatu suku tertentu. Sebagai rumah utama, rumah gadang merupakan tempat untuk melangsungkan acara-acara adat dan acara-acara penting lain dari suku yang bersangkutan.

Kegiatan-kegiatan adat pada masyarakat minangkabau dapat kita uraikan berdasarkan kepada siklus kehidupan mereka, yaitu:

Turun Mandi

Khitan

Perkawinan

Batagak Gala (Pengangkatan Datuak)

Kematian

Fungsi adat pada suatu rumah gadang dapat kita sebut sebagai fungsi temporer yang berlangsung pada suatu rumah gadang, karena kegiatan tersebut tidak berlangsung setiap hari dan berlangsung pada waktu-waktu tertentu saja.

Fungsi Keseharian

Rumah gadang merupakan wadah yang menampung kegiatan sehari-hari dari penghuninya. Rumah gadang adalah rumah yang dihuni oleh sebuah keluarga besar dengan segala aktifitas mereka setiap harinya. Pengertian dari keluarga besar disini adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu serta anak wanita, baik itu yang telah berkeluarga ataupun yang belum berkeluarga, sedangkan anak laki-laki tidak memiliki tempat di dalam rumah gadang.

Fungsi inilah sebenarnya yang lebih dominan berlangsung pada suatu rumah gadang. Sebagaimana lazimnya rumah tinggal bagi masyarakat umumnya, disinilah interaksi antar anggota keluarga berlangsung. Aktifitas sehari-hari seperti makan, tidur, berkumpul bersama anggota keluarga dan lain sebagainya lebih dominan berlangsung disini, disamping kegiatan-kegiatan adat seperti yang telah diuraikan diatas.

Seiring dengan perjalanan waktu serta semakin meningkatnya aktifitas masyarakat khususnya yang masih menggunakan rumah gadang sebagai fasilitas huniannya, telah menyebabkan bertambahnya fungsi-fungsi baru pada rumah gadang. Secara arsitektural,

kita mengetahui bahwa setiap aktifitas membutuhkan ruang-ruang untuk mengakomodasikan aktifitas tersebut. Begitu juga pada rumah gadang, ruang-ruang baru yang muncul pada rumah gadang (transformasi ruang) merupakan jawaban atas semakin meningkatnya aktifitas serta beragamnya kebutuhan dari penghuni rumah gadang tersebut.

kita mengetahui bahwa setiap aktifitas membutuhkan ruang-ruang untuk mengakomodasikan aktifitas tersebut. Begitu juga pada rumah gadang, ruang-ruang baru yang muncul pada rumah gadang (transformasi ruang) merupakan jawaban atas semakin meningkatnya aktifitas serta beragamnya kebutuhan dari penghuni rumah gadang tersebut.

Rumah Gadang sebagai Artefak Kebudayaan

Seperti yang telah dijabarkan diatas, masyarakat minangkabau merupakan masyarakat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, yaitu garis keturunan menurut ibu. Sebagai masyarakat yang menganut sistem matrilineal, maka sistem suku pun juga menurut ibu, jadi apabila ibu memiliki suku Piliang maka secara turun temurun, anak-anak pada keluarga tersebut juga memiliki suku yang sama dengan ibunya.

Rumah gadang sebagai tempat tinggal bersama bagi masyarakat minangkabau yang hidup menganut sistem kekerabatan matrilinial (menurut garis keturunan ibu) kaum perempuan mendapat kedudukan dan tempat yang istimewa pada rumah gadang. Setiap wanita yang bersuami akan memperoleh satu kamar, sedangkan perempuan termuda mendapat kamar terujung yang kemudian akan pindah jika telah memiliki suami nantinya. Anak laki-laki tidak memiliki tempat pada rumah gadang ini, sejak dari dahulunya anak-laki yang mulai beranjak dewasa akan tinggal pada surau-surau keluarga atau pergi merantau keluar dari kampungnya.

Rumah gadang bagi masyarakat minangkabau selain berfungsi sebagai tempat tinggal juga berfungsi sebagai lambang eksistensi suatu kaum. Fungsi lain dari rumah gadang ini adalah sebagai tempat bermusyawarah bermufakat dan sebagai tempat untuk melaksanakan upacara-upacara adat, seperti yang dibunyikan pada pidato pendirian sebuah rumah gadang, yaitu:

Rumah gadang basa batuah

Tiang banamo kato hakikat

Pintunyo banamo dalia kiasannyo

Banduanyo sambah manyambah

Bajanjang naiak batanggo turun

Dindiangnyo panutik malu

Biliaknyo alun bunian

Adapun maksud dari pidato diatas adalah jumlah tiang yang terdapat pada suatu rumah gadang merupakan salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya bangunan rumah yang akan didirikan, letak pintu menentukan sistem keselarasan yang dianut, bandul (permainan tinggi rendah lantai suatu rumah gadang) yang merupakan batas antara luar dan dalam rumah yang tidak dapat dilalui tanpa tata tertib tertentu, rumah yang berdinding mengkiaskan nilai kebudayaan dan peradabannya sedangkan kamar merupakan tempat untuk menyimpan barang yang berharga.


Secara garis besar, ruang dalam suatu rumah gadang dapat kita kategorisasikan ke dalam

4 zoning utama. Penzoningan ini didasarkan kepada hirarki ruang yang terdapat pada rumah gadang itu sendiri, yaitu:
1.Publik, yaitu ruang tamu atau ruang bersama yang merupakan sebuah ruangan lepas tanpa adanya pembatas apapun.
2.Semi Privat, yaitu ruang peralihan seperti bandua yang terdapat didepan kamar tidur serta anjuang (ruang khusus) yang terdapat pada bagian ujung-ujung rumah gadang yang dapat kita temukan pada beberapa jenis rumah gadang.
3.Privat, yaitu kamar-kamar tidur yang terdapat di dalam rumah gadang yang dahulunya berdasarkan kepada jumlah anak gadis yang dimiliki oleh sipemilik rumah.
4.Servis, yaitu dapur yang pada dahulunya merupakan dapur tradisional yang masih menggunkan kayu sebagai bahan bakarnya .

Beberapa karakteristik dari arsitektur rumah gadang adalah:
1.Tingkat / derajat kespesifikan budaya atau tempat.
Rumah gadang merupakan bangunan khas daerah Sumatera Barat, seperti yang tertulis pada buku Rumah Gadang Arsitektur Tradisional Minangkabau, bahwa arsitektur bangunan rumah gadang merupakan peninggalan tidak tertulis yang sampai pada kita, yang merupakan ciri dari kebesaran kebudayaan minangkabau masa lalu. Betapapun perubahan itu terjadi, namun arsitektur bangunan rumah gadang yang dapat kita saksikan sekarang adalah merupakan pengaruh langgam bangunan masa lampau.

model, denah, morfologi dan spesifikasi bangunan, hubungan antar elemen serta kompleksitas bangunan berdasarkan tempat dimana sebuah bangunan tersebut berada.
Secara garis besar model rumah gadang terbagi atas dua kelompok besar yang dibagi berdasarkan kepada dua kelarasan atau hukum adat yang berlaku didalam masyarakat minangkabau.
Kedua sistem kelarasan itu adalah:
•Sistem kelarasan Koto Piliang
Ciri dari model rumah gadang yang menggunakan sistem kelarasan Koto Piliang ini adalah memiliki anjuang yang terdapat pada bagian kiri dan bangunan. Anjungan merupakan tempat terhormat didalam suatu rumah gadang yang ditinggikan beberapa puluh sentimeter dari permukaan lantai bangunan.
•Sistem kelarasan Bodi Caniago.
Sedangkan pada rumah gadang yang menggunakan sistem kelarasan Bodi Caniago tidak mengenal istilah anjuang. Jadi bagian lantai rumah gadang mulai dari bangian ujung sampai pangkal mempunyai ketinggian lantai yang sama.

Elemen-elemen bangunan dalam rumah gadang itu dapat juga kita bagi menjadi 2 bagian utama, yaitu:
a.Halaman
Halaman suatu rumah gadang merupakan sebuah rumah terbuka yang penting bagi suatu rumah gadang, biasanya sebuah halaman pada rumah gadang merupakan tempat untuk melangsungkan acara-acara pada sebuah kekerabatan.

Elemen-elemen yang terdapat pada sebuah halaman rumah gadang adalah:
Rangkiang§
Rangkiang merupakan suatu bangunan yang terdapat dihalaman sebuah rumah gadang yang berbentuk bujur sangkar dan diberi atap ijuk bergonjong yang berfungsi sebagai lumbung tempat penyimpanan padi yang didirikan di depan rumah gadang.
Menurut A.A. Navis (1984) terdapat beberapa jenis rangkiang pada suatu rumah gadang, diantaranya yaitu:
a.Sitinjau lauik
Rangkiang jenis ini merupakan rangkiang tempat penyimpanan padi yang akan dijual untuk membeli keperluan rumah tangga yang tidak dapat dibuat atau dikerjakan sendiri.
b.Sibayau-bayau
Rangkiang jenis ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari.
c.Sitangguang lapa
Merupakan jenis rangkiang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan padi yang akan dipergunakan sebagai cadangan pada masa paceklik tiba.
d.Rangkiang kaciak
Rangkiang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan padi yang akan digunakan sebagai benih dan biaya pengerjaan penanaman sawah pada masa tanam berikutnya.

Tabuah larangan§
Merupakan sebuah bangunan berbentuk persegi panjang, beratap ijuk dan bergonjong untuk menempatkan bedug yang terbuat dari kayu panjang. Biasa digunakan sebagai alat untuk memberikan tanda pada saat bahaya atau pemberitahuan pada saat ada suatu acara.

Lasuang dan alu§
Merupakan alat kelengkapan suatu rumah gadang yang biasa digunakan sebagai alat untuk menumbuk padi.

Dapur§
Daerah servis pada rumah gadang yang biasanya juga merupakan bagian dari rumah, tetapi pada sebagian rumah gadang dapur biasanya terpisah dari rumah gadang.

b.Elemen bangunan
Elemen-elemen bangunan yang terdapat pada suatu rumah gadang adalah:
•Sandi
Merupakan pondasi yang terdapat pada sebuah rumah gadang yang berasal dari batu alam.

•Tangga

Tangga pada sebuah rumah gadang terbuat dari bahan material kayu dan biasanya diawali dengan sebuah batu alam yang datar, biasanya jumlah anak tangga ini berjumlah ganjil, seperti 5, 7 dan 9.

•Tiang
Ada berbagai nama dan jenis tiang pada suatu rumah, pemberian nama pada setiap tiang pada suatu rumah gadang tersebut disesuaikan dengan fungsi dan letaknya pada rumah gadang.

•Balok
Merupakan pengikat antara tiang dengan tiang pada suatu rumah gadang yang membujur pada bagian atas maupun pada bagian bawah tiang.

•Ruang
Ruang atau space pada suatu rumah gadang merupakan ruangan yang terbentuk oleh deretan tiang-tiang yang membujur didalam rumah gadang tersebut.

•Bilik
Bilik merupakan daerah privat bagi penghuni suatu rumah gadang, bilik pada pangkal rumah gadang dihuni oleh orang tua dan anak-anak gadis yang belum menikah sedangkan bilik yang terdapat pada ujung rumah gadang dihuni oleh pasangan pengantin.

•Dinding
Dinding pada rumah gadang terbagi atas tiga bagian, yaitu dinding depan, dinding sasak, serta dinding samping. Secara umum dinding pada rumah gadang tersebut terbuat dari anyaman bambu yang diikat oleh papan-papan sebagai tulangannya.

•Atap
Atap sebuah rumah gadang biasanya terdiri dari ijuk, walaupun pada masa sekarang penggunaan bahan ijuk ini sudah marak diganti dengan penggunaan material seng.

•Gonjong
Gonjong merupakan ciri khas dari rumah tinggal tradisional masyarakat minangkabau, sehingga rumah tinggal masyarakat minangkabau ini juga dikenal dengan istilah rumah bagonjong.

+-Pengunaan material tertentu, warna, tekstur serta mempunyai hubungan dengan landsekap.
Prinsip dari pembangunan rumah gadang adalah menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada. Material utama yang digunakan pada bangunan rumah gadang merupakan material kayu yang banyak terdapat disekitar lokasi dimana bangunan tersebut akan didirikan. Serta memunculkan warna-warna alami dalam pemakaiannya.

Masyarakat minangkabau merupakan masyarakat yang hidup secara komunal atau berkelompok, serta memiliki ikatan kekerabatan yang kuat. Hal ini tercermin dari terdapatnya open space atau ruang terbuka yang terdapat pada setiap kelompok atau group fasilitas hunian mereka (rumah gadang) yang merupakan wadah untuk tempat bersosialisasi bagi masyarakatnya.

+-Kejelasan, kenampakan dan kemudahan dimengerti dari model yang dipakai
Sebuah rumah gadang merupakan sebuah produk arsitektur yang muncul dan berkembang pada masyarakat minangkabau. Tidak ada bangunan lain yang terdapat di indonesia khususnya yang memiliki tipologi bangunan yang benar-benar identik dengan rumah gadang yang seperti terdapat pada rumah adat Sumatera Barat ini. Seperti halnya dalam penggunaan elemen atap, merupakan transformasi bentuk gonjong yang didesain bertingkat dan memiliki ratio tertentu dalam sudut dan ketinggiannya yang mana hal ini tidak akan ditemukan pada produk arsitektur daerah lain yang terdapat di indonesia.
Jadi, apabila kita melihat sebuah bangunan yang memiliki ciri seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya maka secara langsung kita akan mengatakan bahwa bangunan tersebut merupakan salah satu bangunan yang berasal dari minangkabau (Sumatera Barat).

+-Kompleksitas berdasarkan perubahan waktu, kondisi open ended yang memungkinkan terjadinya proses adisi (transformasi) berdasarkan aktifitas pemakai yang bersifat majemuk serta penambahan akan tipe serta jumlahnya.
Berdasarkan kepada falsafah hidup masyarakat minangkabau, yaitu ‘alam takambang jadi guru’ memuat sebuah semangat bahwasanya semua perubahan dari lingkungan sekitar seharusnya dapat menjadi sebuah pembelajaran dalam kehidupan masyarakat minangkabau itu sendiri.

Dalam pengertian sederhana kita dapat mengatakan bahwa masyarakat minangkabau adalah masyarakat yang tidak menutup diri terhadap perubahan, begitupun halnya dengan rumah tempat tinggal mereka.
Bertambahnya anggota keluarga serta semakin meningkatnya kebutuhan akan ruang dalam rumah tinggal, tidak menutup untuk terjadinya transformasi dalam setting hunian mereka, baik itu transformasi yang terjadi pada ruang dalam rumah gadang maupun setting ruang luarnya.
Dalam skala kecil dapat kita lihat, pendirian bangunan-bangunan baru yang terdapat disekeliling rumah gadang, merupakan salah satu jawaban atas sudah tidak mampunya lagi rumah gadang dalam mengakomodasikan kebutuhan penghuninya. Serta semakin bergesernya sistem kekeluargaan yang biasanya disebut dengan istilah nucleus family menjadi ekstended family, merupakan bentuk-bentuk transformasi yang merupakan jawaban atas falsafah ‘alam takambang jadi guru’ tersebut.


KESIMPULAN:

Masyarakat minangkabau adalah masyarakat yang berbudaya, tidak adanya satu kegiatanpun dalam keseharian masyarakat minangkabau yang terlepas dari adat istiadat yang mereka pegang teguh selama ini.

Sistem kekerabatan matrilinial yang meraka anut selama juga memberikan dampak serta pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat masyarakat minangkabau ini. Rumah gadang, yang merupakan salah satu artefak kebudayaan minangkabau juga banyak dipengaruhi oleh sistem matrilinial tersebut.

Rumah gadang merupakan salah satu bentuk dari hasil kebudayaan masyarakat minangkabau yang betul-betul lahir atas konsekuensi sistem matrilinial yang dianut oleh masyarakat minangkabau. Salah satunya secara jelas dapat kita lihat pada setting ruang dalam rumah gadang, seperti sistem penggunaan kamar serta tidak adanya tempat bagi anak laki-laki mereka pada rumah gadang tersebut.

Semakin meningkatnya aktifitas dan semakin beragamnya kebutuhan masyarakat minangkabau, tidak menutup untuk terjadinya transformasi pada rumah gadang. Sebagai masyarakat yang dinamis dan menganut falsafah hidup ’alam takambang jadi guru’ telah mengisyaratkan bahwa masyarakat minangkabau adalah masyarakat yang selalu membuka diri terhadap perubahan dan akan berkembang sesuai dengan tuntutan hidup dan peningkatan aktifitas masyarakatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar